HomeFiqihQurbanMemahami Hari-Hari Tasyriq di Bulan Dzulhijjah

Memahami Hari-Hari Tasyriq di Bulan Dzulhijjah

Published on

Hari-Hari Tasyriq di Bulan Dzulhijjah

Bismillah wasshalatu wassalamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Diantara hari-hari yang Allah muliakan dalam islam adalah hari-hari tasyriq yang Allah letakkan di bulan Dzulhijjah. Melalui tulisan ringkas ini mari kita mengenal lebih dalam tentang 3 hari yang Allah muliakan ini.

Pengertian

Hari-hari Tasyriq adalah har-hari pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Dinamakan demikian karena pada masa lalu, daging kurban diiris dan dijemur (ditasyriq) di bawah terik matahari agar tahan lama.

Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata:

وَسُمِّيَتْ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ لِأَنَّ النَّاسَ كَانُوا يُشَرِّقُونَ فِيهَا اللُّحُومَ، أَي: يُقَدِّدُونَهَا وَيُجَفِّفُونَهَا فِي الشَّمْسِ

“Hari-hari itu dinamakan dengan hari-hari Tasyriq karena pada hari-hari tersebut manusia biasa menjemur daging (kurban) mereka, yaitu dengan cara memotong-motong dan mengeringkannya di bawah sinar matahari.” (Al-Mughni, 3/218)

Dalil dari nash Al-Quran dan hadits

Allah Ta’ala berfirman:

وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْدُودَٰتٍ

“Dan berdzikirlah kepada Allah dalam beberapa hari yang telah ditentukan.” (QS. Al-Baqarah: 203)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menukilkan dalam tafsirnya:

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: “الْأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ” أَيَّامُ التَّشْرِيقِ

‘‘Ibnu ‘Abbas berkata: “’Hari-hari yang ditentukan’ adalah hari-hari Tasyriq.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/499)

Imam Ath-Thabari rahimahullah juga menukilkan dalam tafsirnya:

‘‘Telah menceritakan kepadaku Ya‘qub bin Ibrahim, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Abu Bisyr, dari Sa‘id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah: “Dan berdzikirlah kepada Allah di hari-hari yang telah ditentukan” (QS. Al-Baqarah: 203), ia (Ibnu ‘Abbas) berkata: Itu adalah hari-hari Tasyriq.’’ (Tafsir at-Thabari, 4/542, tahqiq: Dr. Ahmad Syakir)

Dari sahabat Nubaisyah al-Hudzaliy radhiyallahu anhu berkata:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

‘‘Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya hari-hari Tasyriq adalah hari makan dan minum.’’ (HR. Muslim no. 1141)

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan:

وأَيّامُ التَّشْرِيقِ ثَلاثَةٌ بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ، سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِتَشْرِيقِ النّاسِ لُحُومَ الأَضاحِي فِيهَا، وَهُوَ تَقْدِيدُهَا وَنَشْرُهَا فِي الشَّمْسِ

“Hari-hari Tasyriq adalah tiga hari setelah hari Nahr (10 Dzulhijjah). Dinamakan demikian karena pada hari-hari tersebut, orang-orang menjemur daging kurban mereka di bawah sinar matahari untuk diawetkan.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 4/273)

Amalan yang Disyariatkan di Hari-hari Tasyriq

a. Takbir Muqayyad

Takbir ini dilakukan setiap selesai shalat fardhu dimulai dari setelah shalat subuh tanggal 9 Dzulhijjah (bagi yang tidak berhaji) hingga selesai shalat ashar tanggal 13 Dzulhijjah.

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

ويُكَبَّرُ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ يَوْمَ عَرَفَةَ إِلَى بَعْدِ صَلَاةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ.

“Maka hendaknya bertakbir setelah setiap shalat (fardhu), dimulai dari shalat Subuh pada hari Arafah hingga setelah shalat Ashar pada hari terakhir dari hari-hari Tasyriq.” (Al-Majmu‘ Syarh al-Muhadzdzab, 5/39)

b. Tidak Berpuasa

Dari sahabat Nubaisyah al-Hudzaliy radhiyallahu anhu berkata:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

‘‘Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya hari-hari Tasyriq adalah hari makan dan minum.’’ (HR. Muslim no. 1141)

c. Menyembelih Kurban

Hari-hari Tasyriq masih merupakan waktu sah menyembelih hewan kurban, hingga 13 Dzulhijjah sebelum matahari terbenam.

Syaikh Bin Baz rahimahullah menyatakan:

وَقْتُ الذَّبْحِ أَرْبَعَةُ أَيَّامٍ: يَوْمُ الْعِيدِ، وَثَلَاثَةُ أَيَّامٍ بَعْدَهُ، وَهِيَ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ

“Waktu penyembelihan kurban adalah empat hari: hari Idul Adha dan tiga hari setelahnya, yaitu hari-hari Tasyriq.” (Majmu‘ Fatawa Ibn Baz, 18/38)

Demikian tulisan singkat ini semoga bermanfaat dan semoga kita semua diberikan taufiq dan hidayah agar bisa memaksimalkan ibadah khususnya di bulan Dzulhijjah sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa alihi washahbihi wasallam walhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Ustadz Dhiaurrahman, Lc
Ustadz Dhiaurrahman, Lc
Ustadz Dhiaurrahman, Lc. S1 Hadits Al Azhar - Mesir. Pengajar diniyah di Gistrav Islamia School

Latest articles

Kafarah Sumpah: Antara Janji dan Sumpah!

Kaffarah Sumpah: Apakah Sama ‘Janji’ dengan ‘Sumpah’? Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali mengucap sumpah,...

Keutamaan Membaca Surah al-Fatihah

Keutamaan Membaca Surah al Fatihah: Kunci Rahmat dan Inti Ibadah Bismillah, walhamdulillah, washshalatu wassalamu ‘ala...

Aurat dalam Shalat: Batasan Laki-Laki dan Perempuan Menurut Ulama

Perbedaan Aurat Laki-Laki dan Perempuan dalam Shalat Shalat adalah ibadah langsung antara hamba dengan Rabb-nya....

Tafsir Surat An-Naba’ 23

Tafsir An-Naba' Ayat 23: Apakah Azab Neraka Akan Berakhir Bismillah, walhamdulillah washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah, amma ba'du. Salah satu ayat yang paling menggugah...

More like this

Kafarah Sumpah: Antara Janji dan Sumpah!

Kaffarah Sumpah: Apakah Sama ‘Janji’ dengan ‘Sumpah’? Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali mengucap sumpah,...

Keutamaan Membaca Surah al-Fatihah

Keutamaan Membaca Surah al Fatihah: Kunci Rahmat dan Inti Ibadah Bismillah, walhamdulillah, washshalatu wassalamu ‘ala...

Aurat dalam Shalat: Batasan Laki-Laki dan Perempuan Menurut Ulama

Perbedaan Aurat Laki-Laki dan Perempuan dalam Shalat Shalat adalah ibadah langsung antara hamba dengan Rabb-nya....