Tafsir An-Naba’ Ayat 15: Kekuatan Allah di Balik Hujan
Bismillah, walhamdulillah washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah, amma ba’du. Insyaallah kita akan mentadabburi surah An Naba’ ayat ke 15 melalui beberapa tafsir dari para ulama berikut. Allah Ta’ala berfirman:
لِّنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا
“Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,” (Q.S An Naba’: 15)
Imam Ath Thabari rahimahullah (w. 310 H) menjelaskan dalam tafsirnya:
يَقُولُ تَعَالَى ذِكْرُهُ: لِنُخْرِجَ بِالْمَاءِ الَّذِي نُنَزِّلُهُ مِنَ الْمُعْصِرَاتِ إِلَى الْأَرْضِ حَبًّا، وَالْحَبُّ: كُلُّ مَا تَضَمَّنَهُ كِمَامُ الزَّرْعِ الَّتِي تُحْصَدُ، وَهِيَ جَمْعُ حَبَّةٍ، كَمَا الشَّعِيرُ جَمْعُ شَعِيرَةٍ، وَكَمَا التَّمْرُ جَمْعُ تَمْرَةٍ. وَأَمَّا النَّبَاتُ فَهُوَ الْكَلَأُ الَّذِي يُرْعَى، مِنَ الْحَشِيشِ وَالزُّرُوعِ.
“Allah ta’ala berfirman (yang maknannya): Agar Kami mengeluar-kan dengan air yang Kami turunkan dari awan yang sarat (hujan) ke bumi, biji-bijian. Adapun “Habb” (biji-bijian) mencakup seluruh isi dari kelopak tanaman yang dipanen, yang merupakan bentuk jamak dari “Habbah” (biji), sebagaimana “Sya’ir” (jelai) adalah jamak dari “Sya’irah”, dan “Tamr” (kurma) adalah jamak dari “Tamrah”. Adapun “Nabat” (tumbuh-tumbuhan) adalah rerumputan yang digembalakan, berupa rumput dan tanaman hijau lainnya.” (Jami‘ Al Bayan Fi Ta’wil Ay Al Quran, 24/16, cet. Dar Hajar, Kairo).
Lalu Imam Al Qurthubi rahimahullah (w. 671 H) menjelaskan dalam tafsirnya:
قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿لِنُخْرِجَ بِهِ﴾، أَيْ: بِذَلِكَ الْمَاءِ، ﴿حَبًّا﴾ كَالْحِنْطَةِ وَالشَّعِيرِ وَغَيْرِ ذَلِكَ، ﴿وَنَبَاتًا﴾ مِنَ الْأَبِّ، وَهُوَ مَا تَأْكُلُهُ الدَّوَابُّ مِنَ الْحَشِيشِ.
“Firman Allah Ta’ala: “Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu” yakni dengan air tersebut, “biji-bijian” seperti gandum, jelai, dan selainnya, “dan tumbuh-tumbuhan” dari jenis Al Abb, yaitu tumbuhan yang dimakan oleh hewan ternak berupa rumput-rumputan.” (Al Jami‘ Li Ahkam Al Quran, 19/174, cet. Dar Alam Al Kutub, Riyadh).
Kemudian Imam Ibnu Katsir rahimahullah (w. 774 H) menjelaskan pula dalam tafsirnya:
أَيْ: لِنُخْرِجَ بِهَذَا الْمَاءِ الْكَثِيرِ الطَّيِّبِ النَّافِعِ الْمُبَارَكِ ﴿حَبًّا﴾ يُدَّخَرُ لِلْأَنَاسِيِّ وَالْأَنْعَامِ، ﴿وَنَبَاتًا﴾ أَيْ: خَضِرًا يُؤْكَلُ رَطْبًا.
“Yaitu: Agar Kami mengeluarkan (menumbuhkan) dengan air yang banyak, baik, bermanfaat, dan penuh berkah ini “biji-bijian” yang dapat disimpan untuk manusia dan hewan ternak, serta “tumbuh-tumbuhan” yakni sayuran hijau yang dimakan dalam keadaan segar.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/304, cet. Dar Thayyibah, Riyadh).
Berikutnya Syaikh As Sa‘di rahimahullah (w. 1376 H) menyampaikan dalam tafsirnya:
﴿لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا﴾ مِن بُرٍّ وَشَعِيرٍ وَذُرَّةٍ وَأَرُزٍّ، وَغَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا يَأْكُلُهُ الْآدَمِيُّونَ. ﴿وَنَبَاتًا يَشْمَلُ سَائِرَ النَّبَاتِ، الَّذِي جَعَلَهُ اللهُ قُوتًا لِمَوَاشِيهِمْ.
““Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian” seperti gandum, jelai (sejenis gandum), jagung, beras, dan selainnya dari apa yang dimakan oleh manusia. “Dan tumbuh-tumbuhan,” yang mencakup seluruh jenis tanaman yang Allah jadikan sebagai makanan pokok bagi hewan ternak mereka.” (Taysir Al Karim Ar Rahman Fi Tafsir Kalam Al Mannan, hlm. 1072, cet. Dar Ibn Al Jauzi, Dammam).
Wallahu a’lamu bishshawab