HomeAqidahAncaman Berdusta Atas Nama Nabi Muhammad ﷺ

Ancaman Berdusta Atas Nama Nabi Muhammad ﷺ

Published on

ANCAMAN BERDUSTA ATAS NAMA RASULULLAH

“Sesungguhnya berdusta atas nama Nabi ﷺ adalah kejahatan besar yang tidak ada bandingannya dengan kedustaan terhadap siapa pun. Karena dalam kedustaan itu terkandung unsur mengada-adakan atas nama Allah dan Rasul-Nya ﷺ, serta mengubah ubah apa yang telah Allah turunkan, atau menambah dalam syariat Allah sesuatu yang bukan bagian darinya. Allah Ta’ala berfirman dalam banyak tempat diantaranya dalam surat Al-An’am:

ﵟ‌وَمَنۡ ‌أَظۡلَمُ ‌مِمَّنِ ‌ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا ﵞ [الأنعام: 21]

Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan atas nama Allah.” [QS. Al-An’am: 93].

Maka tidak diragukan lagi, siapa saja yang berdusta atas nama Nabi ﷺ sama saja ia juga telah berdusta atas nama Allah, karena beliau adalah penyampai risalah dari Allah kepada ummatnya”

Berdusta atas nama Rasulullah ancamannya adalah neraka, dalam hadits yang diriwayatkan sahabat mulia Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa ia mendengar Nabi ﷺ bersabda:

سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول: “‌إن ‌كذبا ‌علي ‌ليس ‌ككذب ‌على ‌أحد، ‌من ‌كذب ‌علي ‌متعمدا ‌فليتبوأ ‌مقعده ‌من ‌النار”»

Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya berdusta atas namaku tidak seperti berdusta atas nama orang lain. Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia bersiap menempati tempat duduknya di neraka.” (H.R al-Bukhari, no. 1291)

Bahkan hadis hadis yang memuat larangan serta ancaman berdusta atas nama Nabi ﷺ mencapai derajat hadis yang mutawatir (yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang banya k yang sangat mustahil adanya kesepakatan mereka untuk berdusta (sejak awal mata rantai sanad) sampai akhir sanad berdasarkan pancaindra).”sebagaimana yang disebutkan oleh As-Suyuti bahwanya hadits tersebut telah  diriwayatkan oleh lebih dari tujuh puluh dua sahabat, dan di antara mereka termasuk juga sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga.”
(TadrībuRaawi, hal. 190)

Menyebarkan Hadis Palsu = Berdusta Atas Nama Nabi 

Maka hendaknya sesorang wajib memastikan kesahihan hadits-hadits yang akan ia sampaikan dan bersungguh sungguh didalamya.

Al Qodhi Iyadh belia berkata: “Ketahuilah — semoga Allah memberikanmu taufik — bahwa setiap orang yang sudah mampu membedakan antara riwayat hadits yang sahih dan yang lemah, serta mengenali perawi-perawi yang terpercaya dari perawi perawi yang tertuduh berdusta, wajib baginya untuk hanya meriwayatkan hadits yang ia ketahui kebenaran sumbernya dan kejujuran para perawinya. Dan Ia juga harus menghindari meriwayatkan hadits yang berasal dari orang-orang yang cacat kejujurannya, dan orang orang yang memusuhi islam dari para pembuat kebid’ahan.” (lihat: Ikmāl al-Mu‘allim bi-Fawā’id Muslim 1/107)

Adapun bagaimana caranya seseorang dapat mengetahui derajat sebuah hadis sebelum ia sampakan adalah dengan mengetahui siapa yang meriwayatkan hadits tersebut. Jika hadits itu terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, atau salah satunya, maka hal itu menunjukkan bahwa hadits tersebut sahih karena kedua kitab tersebut adalah kitab hadis yang paling shahih. Namun jika haditsnya ada di luar kedua kitab tersebut, maka ia harus bersungguh-sungguh mencari keterangan para ulama alhi hadis yang menjelaskan tentang status derajat hadits tersebut.”

Oleh karenanya seseorang harus berhati hati didalam menyampaikan hadis dari Nabi ﷺ karena hak dan kedudukan Nabi ﷺ lebih agung dari siapapun, terlebih lebih hak syariat maka lebih kuat untuk dijaga. sehingga berbohong atas nama beliau menjadi pembuka jalan untuk merusak syariatnya dan mengubah agamanya.”

Dan sudah menjadi keharusan bagi seorang muslim didalam menerima maupun menyampaikan sesuatu harus berlandaskan pada metode meneliti, memeriksa dengan cermat, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil hukum serta keputusan berdasarkan berita yang datang, terutama bila berita itu berasal dari orang fasik atau orang yang tidak dikenal. Sehingga jika terbukti ada tanda-tanda menunjukkan bahwa beritanya benar, maka berita tersebut diterima. Tetapi terbukti ada tanda-tanda menunjukkan bahwa dia berdusta, maka beritanya ditolak dan tidak dijadikan dasar. Allah ta,ala berfirman:

ﵟيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ‌إِن ‌جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَﵞ [الحجرات: 6]

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Wallahua’lam…

Ditulis oleh: Ustadz Muhammad Faqihudin Ismail, B.A, M.A.

 

Ustadz M. Faqihudin Ismail, B.A, M.A.
Ustadz M. Faqihudin Ismail, B.A, M.A.
Ustadz M. Faqihudin Ismail, B.A, M.A. S1 hadis UIM, S2 Aqidah UIM. Saat ini menempuh program S3 Aqidah di UIM.

Latest articles

Kafarah Sumpah: Antara Janji dan Sumpah!

Kaffarah Sumpah: Apakah Sama ‘Janji’ dengan ‘Sumpah’? Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali mengucap sumpah,...

Keutamaan Membaca Surah al-Fatihah

Keutamaan Membaca Surah al Fatihah: Kunci Rahmat dan Inti Ibadah Bismillah, walhamdulillah, washshalatu wassalamu ‘ala...

Aurat dalam Shalat: Batasan Laki-Laki dan Perempuan Menurut Ulama

Perbedaan Aurat Laki-Laki dan Perempuan dalam Shalat Shalat adalah ibadah langsung antara hamba dengan Rabb-nya....

Tafsir Surat An-Naba’ 23

Tafsir An-Naba' Ayat 23: Apakah Azab Neraka Akan Berakhir Bismillah, walhamdulillah washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah, amma ba'du. Salah satu ayat yang paling menggugah...

More like this

Kafarah Sumpah: Antara Janji dan Sumpah!

Kaffarah Sumpah: Apakah Sama ‘Janji’ dengan ‘Sumpah’? Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali mengucap sumpah,...

Keutamaan Membaca Surah al-Fatihah

Keutamaan Membaca Surah al Fatihah: Kunci Rahmat dan Inti Ibadah Bismillah, walhamdulillah, washshalatu wassalamu ‘ala...

Aurat dalam Shalat: Batasan Laki-Laki dan Perempuan Menurut Ulama

Perbedaan Aurat Laki-Laki dan Perempuan dalam Shalat Shalat adalah ibadah langsung antara hamba dengan Rabb-nya....